728x90 AdSpace

atribusi

RENUNGAN

RENUNGAN

Kamis, 16 Februari 2017

Hidup kita tak terasa waktu kita jalani

Hidup memang terkadang berjalan tak sesuai dengan apa yang direncanakan, apa yang kita bayangkan di masa lalu ternyata tak seindah dengan kenyataannya. kamu tentu boleh saja memiliki rencana dan impian ingin jadi apa kedepan nanti, karena hidup itu memang berawal dari sebuah mimpi. Mimpi-mimpi yang dirangkai nantinya akan menjadi sebuah rangkaian sejarah kehidupan yang entah terjadi atau tidak. Itu semua tergantung pada dirimu!
Apapun itu mimpi dan tujuanmu, kamu pasti harus melewati beberapa rintangan untuk menggapainya. Rintangan ini selalu bersifat menjatuhkan, sehingga rasa lelah dan gundah pasti menghampiri tatkala segala apa yang telah diusahakan belum juga membuahkan hasil.
Kamu mungkin akan bertanya, menangis, bahkan marah pada dirimu sendiri, entah apa yang salah dan apa yang kurang. “Padahal selama ini aku sudah berupaya mati-matian untuk menggapai tujuanku! Tapi mengapa hingga saat ini aku belum mendapatkan apa yang aku mau? aku lelah, aku capek, aku marah, aku sedih dengan keadaan seperti ini. Terlebih sudah cukup lama aku menganggur. Jika boleh jujur, impianku cukup simpel, aku hanya ingin membahagiakan kedua orang tuaku dan membalas apa yang telah mereka korbankan dalam membesarkanku. Tapi mengapa jalanku harus seperti ini! Rasa semangat ini lambat laun semakin memudar, hidupku seperti layaknya tanpa harapan, dan aku hanya bisa pasrah.”

Perjalanan yang panjang dan menyakitkan kadang membawa kita hingga ke level tingkat kemurungan yang paling bawah. Bahkan disela-sela tidur sekalipun, ditengah malam, kita kadang terbangun dan menangisi kehidupan ini, dan bertanya mengapa, mengapa, dan mengapa?

Kamu boleh saja menangis, marah, melamun tentang kehidupan ini, tapi tidak dengan mengeluh dan menyerah! Karena itu bukanlah sesuatu yang orang bijak pernah lakukan. Cobalah kamu mengingat ini, ketika dirimu telah memasuki tahap-tahap kepasrahan akibat dari susahnya hidup.
Penulis : Maria Tebai kuliah di semarang