Bapak Umat- ku Mati - mati - dan Mati.
100% saya sorang penganut agama kristen katolik roma. saya
merinduhkan Paus pemimpin Umat katolik seluruh dunia menyuarakan
pelanggaran HAM di tanah papua.
ketika keluargaku 800 juta jiwa maunusia Papua hilang sekejap mata melalui pembantaian Penembakan senjata dan penyakit mematikan HIV AIDS. Kasus di bebaskan Negara Indonesia sengaja membuka belok kanan seluruh kota di papua.
ketika keluargaku 800 juta jiwa maunusia Papua hilang sekejap mata melalui pembantaian Penembakan senjata dan penyakit mematikan HIV AIDS. Kasus di bebaskan Negara Indonesia sengaja membuka belok kanan seluruh kota di papua.
Mari saudaraku Umat katolik orang Papua
hari ini (1- 16 - 2012) saya mengajak dan membentuk satu wada yang
terpercaya untuk mendesak paus Pemimpin agama katolik dunia
mengangkat masalah Pelanggaran HAM di Papua.Thema umum umat katolik
seluruh dunia pada tahun 2012 adalah Keadilan dan nilai - nilai
kemanusiaan didunia dipertegukan.
Saya menagajak bukanlah karena pengaruh thema umum diatas. Manusia membutuhkan hidup damai,aman, sehjatera, kejujuran, kebaikan dan hidup dalam Kebenaran. Menagapa harus ada satu wada yang terpercaya bagi kami kaumKristen Umat katolik diPapua . Pada tahun 2010 pernah saya baca di status FB seorang lelaki yang kerja di keusakupan Timika. Bunyi bahasanya: Umat kristiani Katolik Papua banyak yang meninggal akibat Penyakit mematikan HIV/ AIDS dan akibat Penembakan senjata. Data Meninggal orang katolik di Papua sampai sejauh ini belum dikirim di Vatikan City dan belum lapor kepada Bapak PAUS Pemimpin Umat katolik dunia..
Dari tahun - ke tahun saudarahku meninggal dunia. Pemimpin percaya ketika data kita lengkap. Ketika pemimpin menyuarakan dan menyoroti krisis Internasional tentang pelanggaran HAM. Bagaimana dengan kasus Pelanggaran HAM di Papua. Apa bukti bagi kami. Uskup - Uskup yang bertugas di tanah Papua menyembunyikan semua kasus kehilangan Umat Kristen Katolik di tanah Papua.
Saya menagajak bukanlah karena pengaruh thema umum diatas. Manusia membutuhkan hidup damai,aman, sehjatera, kejujuran, kebaikan dan hidup dalam Kebenaran. Menagapa harus ada satu wada yang terpercaya bagi kami kaumKristen Umat katolik diPapua . Pada tahun 2010 pernah saya baca di status FB seorang lelaki yang kerja di keusakupan Timika. Bunyi bahasanya: Umat kristiani Katolik Papua banyak yang meninggal akibat Penyakit mematikan HIV/ AIDS dan akibat Penembakan senjata. Data Meninggal orang katolik di Papua sampai sejauh ini belum dikirim di Vatikan City dan belum lapor kepada Bapak PAUS Pemimpin Umat katolik dunia..
Dari tahun - ke tahun saudarahku meninggal dunia. Pemimpin percaya ketika data kita lengkap. Ketika pemimpin menyuarakan dan menyoroti krisis Internasional tentang pelanggaran HAM. Bagaimana dengan kasus Pelanggaran HAM di Papua. Apa bukti bagi kami. Uskup - Uskup yang bertugas di tanah Papua menyembunyikan semua kasus kehilangan Umat Kristen Katolik di tanah Papua.
Sala - satu Contoh tanggal 10 -
Desember 2011 seminar Beda buku Pilihan Bebas bagi bangsa - ku di
Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta Timur, sala - satu
pembawah seminar adalah seorang rohaniwan Katolik romo Magnis Suseno
( asal Jerman) yang berkarya di KWI Indonesia. Pada waktu itu
membantah Papua tidak akan merdeka. Pembantaan tersebut dia melanggar
hukum Agama karena pelanggran HAM terjadi setiap hari di tanah Papua.
Ini merupakan sala- satu aksi brutal pembantaian pelanggaran HAM suda
- sala di benarkan. Mengapa pada saat itu tidak menyuarakan
kedamaian, keadilan sesuai karya pelayanannya sebagai seorang Gembala
dombanya.
Disini 5 point seruan aksi Indinidu di tuntut kepada gembala - gembala katolik di seluruh Indonesia yang tidak peduli dengan kemanusiaan :
Gembala yang tidak peduli dombahnya terutama pelanggaran HAM segera memintah maaf kepada Umat katolik Papua.
Berhentikan karya mewartakan karya Ilahi Allah suda dosa.
Tuhan Allah Kutuklah Gembala -gembala yang tidak peduli dengan kemanusian di bumi ini.
Uskup - Uskup yang bertugas di Papua segara turun dan digantikan Putra Daerah Papua.
Saya Umat katolik dari Papua Memintah segera di pecatkan pastor yang melanggar aturan hukum gereja baik melalui kata - kata maupun perbuatan . Negara suda melanggar hukum - hukum manusia di Indonesia tetap membelah dan apa perang agama Katolik Indonesia terhadap pembunuhan manusia di tanah Papua.
Dunia luar negeri aksi sorotan dari Vatikan city dari Paus Benediktus XVI terhadap pemerintahan di dunia suda mulai dari tanggal 1 Januari 2012. Kami menunggu kedatangan di Asia sala – satu termasuk di Indonesia. Di bawah ini sorotan Paus Benediktus XVI terhadap pemerintrahan di dunia. Karena jaman abad ke – 21 ini banyak pelanggaran HAM di bungkamkan oleh pemerintah.
Paus Benediktus XVI mengenang Shahbaz Bhatti, menteri Pakistan untuk minoritas, yang dibunuh tahun lalu, karena ia menyoroti penderitaan orang Kristen dan minoritas agama lainnya di seluruh dunia yang berjuang untuk hak-hak mereka.
Paus itu berbicara kepada para diplomat Vatikan, sebuah kesempatn yang memungkinkan dia untuk mengungkapkan beberapa tema pokok dan krisis internasional yang relevan di luar kebijakan Vatikan, dan melengkapi kebijakan Takhta Suci.
Pidato paus itu mengecam “terorisme dengan motivasi agama,” yang di tahun 2011 telah menimbulkan banyak korban, terutama di Asia dan Afrika, dengan mengatakan bahwa agama tidak boleh digunakan sebagai dalih “untuk mengesampingkan peraturan dan hukum yang bertujuan baik.
Kebebasan beragama, tekan Paus Benediktus, adalah “hak asasi manusia paling utama, karena hal itu mengungkapkan realitas yang paling mendasar dari pribadi, tetapi terlalu sering hal itu dibatasi dan dilanggar.
Kasus seperti Bhatti, Atas perjuangannya yang tak kenal lelah untuk hak-hak minoritas berakhir dengan kematian tragis, tambahnya.
Paus itu mengkritik fakta bahwa di banyak negara Kristen hak-hak dasar dirampas dan dipinggirkan dari kehidupan publik, sedangkan di negara-negara lain “mereka bertahan dari serangan kekerasan terhadap gereja dan rumah mereka.
Dia mengenang bahwa di Timur Tengah dan tempat lain, orang Kristen telah dipaksa untuk meninggalkan negara yang mereka yang telah ikut membangun karena ketegangan kuat dan kebijakan yang sering membuat mereka menjadi pelaku kelas dua dalam kehidupan berbangsa.
Namun, paus itu juga mengatakan bahwa ancaman terhadap kebebasan beragama tidak hanya datang dari serangan kekerasan dan penganiayaan, tetapi dari “kebijakan yang bertujuan meminggirkan peran agama dalam kehidupan masyarakat.
Pada pertemuan antaragama di Assisi Oktober lalu, paus mengajak para pemimpin agama untuk mengulangi kembali secara tegas” bahwa kekerasan “bukanlah sifat sejati dari agama.
Disini 5 point seruan aksi Indinidu di tuntut kepada gembala - gembala katolik di seluruh Indonesia yang tidak peduli dengan kemanusiaan :
Gembala yang tidak peduli dombahnya terutama pelanggaran HAM segera memintah maaf kepada Umat katolik Papua.
Berhentikan karya mewartakan karya Ilahi Allah suda dosa.
Tuhan Allah Kutuklah Gembala -gembala yang tidak peduli dengan kemanusian di bumi ini.
Uskup - Uskup yang bertugas di Papua segara turun dan digantikan Putra Daerah Papua.
Saya Umat katolik dari Papua Memintah segera di pecatkan pastor yang melanggar aturan hukum gereja baik melalui kata - kata maupun perbuatan . Negara suda melanggar hukum - hukum manusia di Indonesia tetap membelah dan apa perang agama Katolik Indonesia terhadap pembunuhan manusia di tanah Papua.
Dunia luar negeri aksi sorotan dari Vatikan city dari Paus Benediktus XVI terhadap pemerintahan di dunia suda mulai dari tanggal 1 Januari 2012. Kami menunggu kedatangan di Asia sala – satu termasuk di Indonesia. Di bawah ini sorotan Paus Benediktus XVI terhadap pemerintrahan di dunia. Karena jaman abad ke – 21 ini banyak pelanggaran HAM di bungkamkan oleh pemerintah.
Paus Benediktus XVI mengenang Shahbaz Bhatti, menteri Pakistan untuk minoritas, yang dibunuh tahun lalu, karena ia menyoroti penderitaan orang Kristen dan minoritas agama lainnya di seluruh dunia yang berjuang untuk hak-hak mereka.
Paus itu berbicara kepada para diplomat Vatikan, sebuah kesempatn yang memungkinkan dia untuk mengungkapkan beberapa tema pokok dan krisis internasional yang relevan di luar kebijakan Vatikan, dan melengkapi kebijakan Takhta Suci.
Pidato paus itu mengecam “terorisme dengan motivasi agama,” yang di tahun 2011 telah menimbulkan banyak korban, terutama di Asia dan Afrika, dengan mengatakan bahwa agama tidak boleh digunakan sebagai dalih “untuk mengesampingkan peraturan dan hukum yang bertujuan baik.
Kebebasan beragama, tekan Paus Benediktus, adalah “hak asasi manusia paling utama, karena hal itu mengungkapkan realitas yang paling mendasar dari pribadi, tetapi terlalu sering hal itu dibatasi dan dilanggar.
Kasus seperti Bhatti, Atas perjuangannya yang tak kenal lelah untuk hak-hak minoritas berakhir dengan kematian tragis, tambahnya.
Paus itu mengkritik fakta bahwa di banyak negara Kristen hak-hak dasar dirampas dan dipinggirkan dari kehidupan publik, sedangkan di negara-negara lain “mereka bertahan dari serangan kekerasan terhadap gereja dan rumah mereka.
Dia mengenang bahwa di Timur Tengah dan tempat lain, orang Kristen telah dipaksa untuk meninggalkan negara yang mereka yang telah ikut membangun karena ketegangan kuat dan kebijakan yang sering membuat mereka menjadi pelaku kelas dua dalam kehidupan berbangsa.
Namun, paus itu juga mengatakan bahwa ancaman terhadap kebebasan beragama tidak hanya datang dari serangan kekerasan dan penganiayaan, tetapi dari “kebijakan yang bertujuan meminggirkan peran agama dalam kehidupan masyarakat.
Pada pertemuan antaragama di Assisi Oktober lalu, paus mengajak para pemimpin agama untuk mengulangi kembali secara tegas” bahwa kekerasan “bukanlah sifat sejati dari agama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar