728x90 AdSpace

atribusi

RENUNGAN

RENUNGAN

Minggu, 07 September 2014

Struktur Ekonomi Indonesia Bergerak ke Arah yang Berbahaya

Foto: Arek" PANA"S
Transformasi ekonomi Indonesia, yang semula berbasis sektor pertanian menjadi perindustrian, sebenarnya perkembangan baik. Hanya saja, ada anomali dalam perubahan tersebut. Sumbangan sektor industri ke produk domestik bruto (PDB) juga menurun. Strukur ekonomi Indonesia tengah bergerak ke arah yang berbahaya.
Wakil Ketua Komisi VI Erik Satya Wardhana mengungkapkan bahwa inilah tantangan yang harus dihadapi oleh pemerintahan Presiden dan Wakil Presiden Terpilih, Joko Widodo dan Jusuf Kalla.
"Sebetulnya tidak masalah, transformasi dari sektor pertanian ke industri itu lebih bagus. Anomalinya, sumbangan sektor industri terhadap PDB juga turun. 24,9 persen pada 2000, kemudian jadi 24,8 persen 2010, kemudian hanya tersisa 23,69 pada 2013," ungkap Erik di Jakarta, Sabtu (6/9/2014).
Menurutnya, hal ini berarti dua sektor yang paling produktif menyumbang tenaga kerja telah mengalami penurunan terhadap PDB. Sektor yang mengalami peningkatan malah perdagangan. Sementara, perdangangan tidak menyebabkan efek berantai sebesar industri.
"Celakanya, justru yang berkembang sektor informalnya. Struktur ekonomi, menurut saya, kita bergerak ke arah yang berbahaya. Ini menjadi tantangan buat Jokowi-JK. Di awal revolusi mental, kemudian revolusi anggaran, dan revolusi pembangunan," ujarnya.
Hal senada disampaikan ekonom dan dosen Universitas Gadjah Mada Poppy Ismalina. Seusai acara bincang-bincang di Jakarta, Poppy mengungkapkan bahwa di Indonesia tengah terjadi de-industrialisasi.
Menurut Poppy, tidak ada industrialisasi di Indonesia, yang ada hanya de-industrialisasi. Hal ini bahaya lantaran sektor informal yang berkembang di tengah de-industrialisasi. Penumpukkan sektor infirmal menyebabkan tidak adanya penciptaan lapangan kerja, perlindungan kerja, dan mudahnya pemutusan hubungan kerja.

Tidak ada komentar: