Bahan Bacaan Renungan Harian Kristen hari ini : Lukas 6:43-45
Pohon Ara (Ficus Carica) adalah sejenis pohon beringin. Di Indonesia ada sekitar 30 jenis pohon Ara yang dapat dijumpai buahnya sepanjang tahun. Buah Ara ini sangat disukai oleh satwa hutan dan burung-burung. Pada umumnya, dalam setahun pohon ara dapat berbuah sebanyak tiga kali. Buah pertama disebut bikurah atau buah sulung. Inilah yang disebut sebagai buah ara hijau. Orang Israel mempunyai ketetapan bahwa buah sulung merupakan milik Tuhan. Buah kedua disebut buah ara bungaran. Buah kedua ini rasanya segar dan enak serta buahnya paling banyak. Pada saat inilah pemilik pohon berhak memanfaatkannya untuk penghidupannya, termasuk menjadikannya sebagai komoditas ekonomi. Buah ketiga disebut buah pag. Buah ini tidak boleh diambil pemiliknya, karena merupakan hak orang-orang Lewi dan orang-orang miskin. Ini berarti sebatang pohon yang sehat dapat memberi buah selama sepuluh bulan.
Pohon Ara (Ficus Carica) adalah sejenis pohon beringin. Di Indonesia ada sekitar 30 jenis pohon Ara yang dapat dijumpai buahnya sepanjang tahun. Buah Ara ini sangat disukai oleh satwa hutan dan burung-burung. Pada umumnya, dalam setahun pohon ara dapat berbuah sebanyak tiga kali. Buah pertama disebut bikurah atau buah sulung. Inilah yang disebut sebagai buah ara hijau. Orang Israel mempunyai ketetapan bahwa buah sulung merupakan milik Tuhan. Buah kedua disebut buah ara bungaran. Buah kedua ini rasanya segar dan enak serta buahnya paling banyak. Pada saat inilah pemilik pohon berhak memanfaatkannya untuk penghidupannya, termasuk menjadikannya sebagai komoditas ekonomi. Buah ketiga disebut buah pag. Buah ini tidak boleh diambil pemiliknya, karena merupakan hak orang-orang Lewi dan orang-orang miskin. Ini berarti sebatang pohon yang sehat dapat memberi buah selama sepuluh bulan.
Pada zaman
Hellenisme (Yunani-Romawi) buah ara merupakan salah satu komoditi
ekonomi penting setelah anggur dan minyak zaitun, sehingga orang-orang
Yunani membuat undang-undang khusus untuk mengatur pengeksporannya.
Daunnya dapat dimanfaatkan untuk membungkus buah-buahan yang baru
dipetik untuk dibawa ke pasar dan sekarang ini menjadi komoditas yang
mahal. Buah ara selain dapat dimakan langsung, juga dapat dibuat kue
yang mahal harganya, karena makanan ini pun biasa dihidangkan bagi
raja-raja (2Raj. 20:7; Yes. 38:27). Meski begitu kue buah juga ara
merupakan makanan yang sangat digemari masyarakat dan kerap dibawa saat
bepergian (1 Sam. 25:18).
Sedangkan
Anggur? Anggur merupakan tanaman buah berupa perdu merambat yang
termasuk ke dalam keluarga Vitaceae. Tanaman ini sudah dibudidayakan
sejak 4000 SM di Timur Tengah. Buah ini biasanya digunakan untuk membuat
jus anggur, jelly, minuman anggur, minyak biji anggur, dan kismis,
atau dimakan langsung. Buah anggur dikenal karena mengandung banyak
senyawa polifenol dan resveratol yang berperan aktif dalam berbagai
metabolisme tubuh. Berdasarkan hasil penelitian para ahli biakui bahwa
buah anggur mengandung flavanoid, yakni antioksidan yang akan membantu
memperlambat proses penuaan akibat radikal bebas. Buah anggur pun kaya
vitamin A, C, B6, folat, serta mineral penting (potassium, kalsium, zat
besi, fosfor, magnesium, dan selenium). Anggur memiliki kekuatan yang
memadukan dan meningkatkan kelembapan di paru-paru. Anggur merah
memiliki kandungan antibakterial dan antivirus yang kuat sehingga mampu
melindungi tubuh dari infeksi.
Disamping
itu, anggur mampu meningkatkan kesehatan otak dan menjaganya dari
serangan penyakit seperti Alzheimer. Sebab, anggur mengandung
resveratol, sebuah polifenol yang akan mengurangi tingkat amyloidal-beta
peptides pada penderita Alzheimer. Anggur juga mengandung asam
organik, gula, dan selulosa yang bertindak sebagai pencahar. Jus anggur
ungu mampu mencegah kanker payudara yang secara signifikan mengurangi
massa tumor pada payudara. Demikian juga jus anggur mengandung energi
instan. Dan jus anggur putih kaya akan zat besi untuk mengurangi
kelelahan. Disamping itu, oksida nitrat yang terkandung pada anggur
sangat bermanfaat untuk mencegah gumpalan dan mengurangi risiko penyakit
jantung. Antioksidannya juga menghentikan oksidasi kolesterol LDL alias
kolesterol jahat yang menghambat pembuluh darah. Anggur mengeluarkan
panas dan menyembuhkan gangguan pencernaan serta iritasi pada perut.
Bahkan, Anggur mampu menyingkirkan asam pada sistem ginjal yang akan
mengurangi gangguan tekanan di ginjal.
Dalam
beberapa kesempatan, Yesus menggunakan perumpamaan pohon dan buah dalam
pengajaran-Nya. Dalam Lukas pasal 6 ayat 44 yang setara dengan Matius
pasal 12 ayat 33; Sebab setiap pohon dikenal pada buahnya, “Karena dari
semak duri orang tidak memetik buah ara, dan dari duri-duri tidak
memetik buah anggur.” Di dalam Alkitab kehidupan orang Kristen sering
digambarkan dengan kehidupan pohon. Yesus juga menggunakan metafor
tentang pohon untuk menggambarkan pembedaan manakah orang Kristen sejati
dan manakah yang palsu (ayat 43-44). Pohon yang baik pasti mengeluarkan
buah-buah yang baik. Sebaliknya, pohon yang tidak baik akan
menghasilkan buah-buah yang buruk. Yang baik selalu melahirkan yang baik
pula. Ini prinsip yang tidak bisa ditawar-tawar. Demikian juga orang
baik akan melakukan perbuatan baik karena di dalamnya (hatinya) hanya
ada kebaikan, sedangkan orang jahat hanya melakukan kejahatan karena di
dalamnya (hatinya) penuh kejahatan.
Buah
ditentukan oleh pohonnya. Pohon ara jelas akan berbuahkan ara, sedangkan
pohon anggur jelas akan berbuahkan anggur. Sedangkan semak duri tidak
mungkin dapat menghasilkan buah yang baik semisal buah ara atau pun
anggur. Bagaimana kualitas "buah" kehidupan kita? Keluarga? Pekerjaan?
Tuhan Yesus tentu kecewa terhadap pohon yang tidak bisa berfungsi
sebagaimana mestinya. Yesus tentu tidak menghendaki kita para murid-Nya
seperti pohon ara, yang hanya indah dipandang tapi tidak berbuah. Tidak
membawa manfaat bagi orang. Pohon yang berbuah baik menggambarkan
kehidupan orang benar, sedangkan pohon yang tidak berbuah baik
menggambarkan kehidupan orang fasik. (bdk.Mzm.1:1-6). Lalu, siapakah
orang-orang Kristen yang benar dan palsu itu? Lalu apa saja bentuk
buah-buah kehidupan kita sebagai orang percaya yang diharapkan?
Para
penafsir Alkitab mengatakan bahwa ‘buah’ adalah ‘kehidupan’ orang itu.
Jadi, ‘buah yang baik’ menunjuk pada ‘kehidupan yang baik’, sedangkan
‘buah yang tidak baik’ menunjuk pada ‘kehidupan yang tidak baik’. Kalau
kita membandingkan antara Mat 7:16-20 / Luk 6 43-45 dengan Mat 3:8-10
dan Mat 12:24,33-37 (perhatikan bahwa ketiga bagian ini mengandung
ayat-ayat yang mirip / sama. Jadi, arti ‘buah’ dalam ketiga bagian ini
pasti sama), maka jelas bahwa ‘buah’ artinya adalah ‘kehidupan’. Arti
ini cocok dengan konteks (lihat Mat 7:21,23 yang menunjukkan kehidupan
yang jahat dari nabi palsu), dan arti ini juga didukung oleh
bagian-bagian Kitab Suci yang lain yang menunjukkan bahwa nabi palsu
mempunyai hidup yang tidak baik, seperti mengejar keuntungan (Yer 8:10
Tit 1:11 2Pet 2:3), bersikap baik terhadap orang yang menguntungkan
(Mikha 3:5), dsb. Tidak baiknya kehidupan juga bisa kelihatan dari
kata-katanya. Ini terlihat dari ay 45 - “Orang yang baik mengeluarkan
barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang
jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat.
Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya”. Ayat ini
menunjukkan bahwa dari kata-kata yang tidak baik terlihat hati yang
tidak baik.
Kata-kata
yang tidak baik ini tidak harus diartikan sebagai kata-kata kotor,
cabul, makian, dusta, dan sebagainya. Untuk itu perhatikan kata-kata
William Barclay berikut ini: “Nothing shows the state of a man’s heart
so well as the words he speaks when he is not carefully considering his
words, when he is talking freely and saying, as we put it, the first
thing which comes into his head. If you ask directions to a certain
place, one person may tell you it is near such and such a church;
another, that it is near such and such a cinema; another, that it is
near such and such a football ground; another, that it is near such and
such a public house. The very words of the answer to a chance question
often show where a man’s thoughts most naturally turn and where the
interests of his heart lie” (Tidak ada yang menunjukkan keadaan hati
manusia dengan begitu baik seperti kata-kata yang ia ucapkan pada waktu
ia tidak mempertimbangkan kata-katanya dengan teliti, pada waktu ia
berbicara secara bebas dan mengatakan hal-hal pertama yang timbul pada
pikirannya. Jika engkau menanyakan arah ke suatu tempat tertentu, satu
orang akan memberitahumu bahwa itu dekat dengan sebuah gereja tertentu;
yang lain memberitahumu bahwa itu dekat dengan sebuah bioskop tertentu;
yang lain memberitahumu bahwa itu dekat dengan lapangan sepak bola
tertentu; yang lain memberitahumu bahwa itu dekat dengan suatu bangunan
umum tertentu. Kata-kata dari jawaban terhadap pertanyaan sembarangan
sering menunjukkan kemana pikiran-pikiran orang itu mengarah secara
alamiah dan dimana letaknya kesenangan-kesenangan hatinya). Lalu apa
saja prinsip-prinsip yang harus dimiliki agar kita dapat menjadi pohon
yang berbuah baik?
I.Dasar Pertumbuhan Pohon yang Baik
Pohon akan
tumbuh sehat jika ia mendapatkan makanan yang cukup dan sehat.
Kehidupan orang Kristen yang sehat ialah ajaran Firman Tuhan yang sehat,
yang menjadi kesukaannya, yang terus menerus menjadi santapannya,
sehingga ia tidak berjalan menurut kesukaan orang fasik yang seperti
sekam tidak berguna (bdk. Mzm.1:1,4,5). Berkaitan dengan hal ini, ada
dua kata yang penting untuk dipahami di sini, yaitu: ascentia and
fiducia. Ascentia adalah "ascent" mental, pengetahuan mengenai
keberadaan sesuatu. Setan-setan mengakui dan percaya bahwa Allah ada.
Fiducia lebih dari ascentia. Ia melibatkan suatu kepercayaan penuh
kepada sesuatu, penyerahan total kepadanya, suatu kepercayaan penuh dan
penerimaan atas sesuatu. Ini adalah jenis iman yang dimiliki oleh orang
Kristen dalam Kristus. Seorang Kristen, karenanya, memiliki fiducia;
yakni, ia memiliki iman sejati dan percaya kepada Kristus, tidak hanya
sekedar mengakui bahwa Ia pernah hidup di bumi pada suatu masa tertentu.
Cara lain untuk menjelaskan perbedaan kedua kata ini adalah banyak
orang di dunia percaya bahwa Yesus pernah hidup di bumi: ascentia.
Tetapi mereka tidak percaya bahwa Ia adalah Juru Selamat mereka,
satu-satunya tempat berpaling dan menaruh kepercayaan untuk pengampunan
atas dosa-dosa mereka. Ascentia tidak membawa kepada perbuatan. Fiducia
menghasilkan perbuatan yang berkenan kepada Allah. Ascentia tidak
berasal dari hati. Fiducia yang berasal dari hati. Hanya Firman Tuhan
yang sehat yang menjamin seorang Kristen dapat berbuah sesuai
kehendak-Nya. Alkitab mengajarkan beberapa prinsip tentang pertumbuhan
iman yang sehat:
Pertama,
Alkitab menyaksikan, bahwa iman yang sehat adalah iman yang Theocentris
(berpusat pada Allah). Orang yang makin bertumbuh imannya adalah orang
yang belajar untuk mengutamakan segala sesuatu bagi kemuliaan Allah dan
bukan bagi kepentingan dirinya sendiri. Yohanes Pembaptis memiliki
obsesi, yaitu dia harus makin kecil, tetapi Kristus yang makin besar
(Yoh 3:30). Orang yang bertumbuh imannya bukan lagi si “AKU” yang duduk
di atas tahta, tetapi Allah Tritunggal. Banyak orang yang mundur dari
pekerjaan Tuhan karena tersinggung. Hal utama yang membuat dia
tersinggung adalah karena ke “aku”annya tidak dihargai. Seharusnya
sebagai anak Tuhan ia sadar, bahwa hidupnya sudah dibeli, harganya telah
lunas dibayar, karena itu orientasi hidupnya hanyalah untuk kemuliaan
bagi Allah dan bukan bagi dirinya sendiri (1Kor 6:19-20, Rom 14:7-9,
1Kor 10:31). “Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa
kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku
menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya.”( Fil 3:10).
Kedua,
orang Kristen yang bertumbuh dengan sehat adalah orang yang mengutamakan
pengenalan akan Kristus lebih dari yang lain (Fil 3:10). Bagaikan orang
yang jatuh cinta, selalu ingin dekat pada sang kekasih dan mengenalnya
dengan lebih dalam serta melakukan apa yang disenangi kekasihnya,
demikian pula mirip dengan orang yang mengalami kasih Kristus (Yoh
14:15). Kasih akan Kristus saat ini diwujudkan dengan kerinduan yang
terus menerus untuk mengenal firman Tuhan dan melakukannya dalam
kehidupan sehari-hari. Jemaat mula-mula punya kerinduan yang besar untuk
menyelidiki firman Tuhan dengan segenap hati (Kis 17:11, bnd Luk 8:15).
“Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar
firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah
dalam ketekunan." (Luk 8:15)
Ketiga,
orang yang bertumbuh imannya dengan sehat, adalah rela ber”korban” demi
pekerjaan Tuhan (kerajaan Allah). Pada umumnya manusia selalu mencari
aman untuk kepentingan dirinya sendiri. Tetapi orang yang telah
bertumbuh dalam iman yang benar, tidak akan memikirkan untung rugi dalam
mengikut Tuhan. Dia belajar mempersembahkan hidupnya (Rom 12:1) dan
bahkan siap “rugi” demi Kristus, karena sudah mendapat “untung” terlalu
banyak. Ia tidak lagi menguitamakan bagaimana dirinya bisa mendapat
berkat, tetapi bagaimana dia bisa menjadi saluran berkat. Nilai
pengorbanan Kristus itulah yang menjadi penggerak utama dalam dirinya
untuk belajar memberi yang terbaik bagi kemuliaan Tuhan (2Kor 5:14, Luk
19:8, 21:4), komitmen untuk memprioritaskan pelebaran Kerajaan Allah
(1Kor 9:16), bahkan rela mati bagi Kristus (2Tim 4:6, Fil 2:17).
Keempat,
Iman yang benar bukan positive thinking atau sugesti diri. Banyak orang
yang mengaitkan iman dengan percaya yang pasti menyembuhkan, hidup penuh
sukses, makin kaya, doa yang pasti dikabulkan dan lain-lain. Iman
semacam ini adalah iman yang menyesatkan dan anthropocentris. Iman yang
benar adalah iman yang mau tunduk pada kehendak Allah dan percaya, bahwa
apa saja yang menjadi kehendak Allah (bukan kehendak saya) itulah yang
akan terjadi dan saya akan belajar mengamininya serta taat dengan
memberikan respon yang terbaik. Iman yang benar adalah iman yang
berpikir dengan positif (bukan positive thinking) dan berpikir dengan
positif adalah berpikir yang mau tunduk dengan apapun yang menjadi
kehendak Allah. Positive thinking adalah suatu aliran sesat yang
mengajarkan, bahwa kita bisa merubah keadaan dengan kekuatan berpikir
kita. Kesesatan ajaran positive thinking adalah tidak mengandalkan
kekuatan pada Tuhan, tetapi berpusat pada diri sendiri
(Anthropocentris).
Kelima,
Iman yang benar bukan identik dengan moral dan tingkah laku agama.
Banyak orang berpikir, bahwa saya sudah beriman dengan saya rajin ke
gereja, rajin memberi persembahan dan melakukan segala aktifitas rohani.
Kesalahan utama bangsa Israel adalah menganggap segala kesalehan dan
aktifitas rohani sudah membuktikan mereka orang beriman dan akan dapat
membuat hati Tuhan senang, Tuhan bukan berhala yang bisa senyum bila ada
orang yang “menyogok” atau “menyuap”nya. Hal yang terpenting dalam
ibadah adalah relasi (hubungan pribadi) dengan Tuhan, alias “hati” yang
dekat dengan Tuhan. Percuma segala aktivitas rohani seseorang, bila
semua itu dilakukan dengan hati yang jauh dari Tuhan. Dan hati yang
dekat dengan Tuhan adalah hati yang telah diubahkan oleh Roh Kudus,
dilahir barukan, yang telah mengalami pertobatan sejati, menerima Yesus
Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadinya. Orang yang telah
menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadinya adalah
orang yang pasti memprioritaskan Tuhan dan pekerjaanNya dalam hidupnya.
II. Pohon yang Menghasilkan buah berkualitas
Puncak
kehidupan sebuah pohon adalah menghasilkan buah, itulah natur pohon yang
semestinya. Metafor yang dilukiskan oleh Yesus sungguh indah, bila kita
mengerti kehidupan sebuah pohon, demikian pula mestinya kehidupan kita
sebagai orang Kristen yang berbuah. Hanya murid Tuhan sejati, yang
fondasi kehidupannya dibangun berdasar pada firman Tuhan, yang akan
bertahan menghadapi badai kehidupan (47-48). Iman percaya kita haruslah
menjadi iman yang aktif berbuah, bukan iman yang pasif dan statis. Iman
yang berbuah adalah iman yang terus menerus dipraktekkan, dijalankan
dalam kehidupan kita sehari-hari. Bukan sekedar iman untuk pemuasan
batin kita semata. Tanpa buah dalam kehidupan kita, iman kita tidak
berguna bagi Tuhan. Kehidupan iman yang berbuah adalah bila hidup kita
selalu berada dalam Kristus.
Sebagai
anak-anak Allah, kita harus tahu bahwa jika kita menghasilkan buah yang
buruk, maka itu berarti kita bukan Kristen sama sekali. Karena di dalam
Matius 7:18 dikatakan, "Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan
buah yang tidak baik," tepat seperti yang dikatakan oleh rasul Yohanes
dalam 1 Yoh 5:18, "setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat
dosa," artinya, tidak terus menerus berbuat dosa. Jadi, janganlah
berkata, "Tak peduli bagaimanapun caraku menjalani kehidupan ini, yang
penting aku orang Kristen." Tak heran jika orang dunia berkata, "Aku
tidak dapat melihat di mana letak perbedaan antara seorang Kristen
dengan yang lain."
Seharusnya
ada perbedaan yang mencolok antara keduanya. Jika hidup Anda tidak
berbeda dari hidup orang dunia, maka besar kemungkinan Anda bukanlah
orang Kristen sejati seperti yang Yesus kehendaki. Harus ada perbedaan
yang nyata antara buah yang baik dengan buah yang tidak baik. Hal
tentang arti buah itu sendiri bisa kita lihat di dalam Galatia pasal 5.
Di sana kita diberitahu tentang buah dari daging, yang digambarkan
sebagai perbuatan daging. Perbuatan dan buah adalah hal yang sama di
dalam Kitab Suci. Anda akan melihat adanya kasih, sukacita yang tertib,
damai sejahtera, kelemah lembutan, kerendahan hati, dst. Hal-hal ini
akan membuat orang yang bersangkutan tampil berbeda dari yang lain. Bisa
terlihat dari semua hal-hal kecil yang dia lakukan. Sungguh indah jika
Anda melihat seorang Kristen yang sikapnya sangat menyenangkan!
Yesus
meminta kita tinggal di dalam Dia dan menjadi ranting-rantingNya. Yesus
tidak meminta kita menjadi diri kita sendiri, menjadi pohon kita
sendiri, tetapi menjadi bagian dari diriNya, menjadi ranting-rantingNya.
Diluar kita tidak akan menghasilkan apa-apa. Menjadi ranting diluar
Yesus saja tidak akan menghasilkan buah, apalagi menjadi pohon yang
berdiri sendiri. Kita akan menjadi pohon yang tidak berbuah dan ditebang
sang empunya lahan, yaitu Allah sendiri. Allah yang adalah Sang Empunya
lahan menuntut buah, dan buah itu hanya bisa datang dari pohon Yesus
Kristus itu sendiri. Kita hanya bisa berbuah sesuai dengan buah yang
diinginkan Allah, yaitu buah-buah roh, kalau kita hidup didalam Yesus,
dan Yesus didalam kita. Tanpa itu, buah yang kita hasilkan adalah
buah-buah yang tidak disukai Allah. Seperti Apa Pohon dan Buah Anda?
Tuhan mengenal umat-Nya. Dia tahu mana yang sejati dan mana yang palsu.
Yang palsu pada suatu hari akan terbongkar kepalsuannya, sama seperti
semak duri yang tak berguna. Yang sejati, pada suatu hari akan nampak
kesejatiannya, sama seperti buah ara atau anggur yang berguna bagi
kehidupan. Karena itu, ukuran kesejatian seorang anak Tuhan terletak
pada kesetiaannya untuk terus menerus menghasilkan buah-buah kebenaran.
III. Pohon yang Selalu Berbuah di Segala Musim
Kita akan
akan menghasilkan buah, tak peduli apapun musim yang yang kita hadapi,
kalau kita hidup dalam Yesus dan menerima kasihNya. Sebagai orang
kristen kita tidak lagi menjadi tanaman yang berdiri sendiri dan
bersandar kepada kemampuan kita untuk hidup. Ketika kita mengikuti
Kristus, kita adalah bagian dari Tubuh Kristus, kita adalah
murid-muridNya. Kita adalah ranting dari pohon utama kita yaitu Yesus
Kristus. Yesus menjadi pohon utama kita, dan kita hidup didalam Dia dan
menjadi ranting-rantingNya. Kita bukan lagi pohon kita sendiri, kita
tidak lagi hidup yang berdiri sendiri, tetapi hidup kita adalah bagian
dari hidup Kristus itu sendiri. Yesus mengatakan dalam Yohanes 15:4
Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting
tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada
pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak
tinggal di dalam Aku.
Hidup kita
memang tidak selalu indah setiap hari. Ada waktunya kita menikmati
berkat Tuhan yang berlimpah dalam hidup kita, namun ada waktunya
pencobaan datang menerpa hidup kita. Dalam saat-saat yang baik maupun
yang terendah dalam hidup kita, apakah Tuhan menjadi sumber inspirasi
kita? Apakah hidup kita masih memiliki kemampuan untuk menghasilkan
buah? Kehidupan iman yang berbuah adalah bila hidup kita selalu berada
dalam Kristus. Hidup kita memang tidak selalu indah setiap hari. Ada
waktunya kita menikmati berkat Tuhan yang berlimpah dalam hidup kita,
namun ada waktunya pencobaan datang menerpa hidup kita. Dalam saat-saat
yang baik maupun yang terendah dalam hidup kita, apakah Tuhan menjadi
sumber inspirasi kita? Apakah hidup kita masih memiliki kemampuan untuk
menghasilkan buah?
Secara
ilmiah memang pohon berbuah ada skilusmya, ada musimnya. Ada saatnya ia
berbuah ada saatnya ia tidak berbuah. Walaupun demikian Allah Sang
Pencipta dapat memberikan berbagai hal yang melawan apa yang ‘normal’
yang umumnya terjadi, karena memang Dialah pemilik dan pencipta
kehidupan. Tidak ada yang mustahil bagi orang percaya, karena mereka
akan tetap menghasilkan buah walaupun bukan ‘musim’nya. Seperti itulah
yang diharapkan akan keberadaan kita sebagai saksi Kristus, selalu
ditunggu untuk tetap berbuah kasih, menghasilkan perbuatan baik,
memberikan perkataan baik, membangunkan semangat senantiasa. Berkarya
bagi kehidupan masyarakat yang lebih baik. Selalu, setiap saat dan tidak
mengenal musim. Tidak tergantung apapun situasinya.
Tanpa
sadar kita sering penuh dengan alasan bila terlibat dalam pelayanan dan
dalam membangun relasi dengan Tuhan. Baru berdoa kalau ada masalah, baru
ikut pertemuan lingkungan kalau diadakan dirumah sendiri, baru ikut
Misa kalau dapat tempat duduk yang enak. Baru ikut koor kalau seragam
disediakan, baru ikutan kepanityaan kalau pulsa dan transport tersedia.
Dan banyak lagi litani ‘kalau’… itupun kalau doanya dijawab. Kita lupa
bahwa Tuhan telah mencintai kita sehabis-habisnya tanpa syarat, tanpa
‘kalau’ bahkan saat kita masih belum mengenalNya, belum bertobat dan
belum membalas kasihNya. Kita lupa bahwa orang-orang disekitar kitapun
ada yang tetap mendoakan dan mengasihi kita tanpa syarat, tetap
mengharapkan yang terbaik dari kita. Kalau saja kita terus menerus
membangun relasi yang akrab dengan Tuhan, selalu berupaya mencari tahu
dan mengenali kehadiranNya lewat setiap kondisi bahkan lewat setiap
perjumpaan, maka seharusnya kita akan melatih diri kita untuk senantiasa
memberikan buah-buah rohani yang banyak dinikmati orang-orang disekitar
kita. Tanpa syarat, tanpa menunggu musim.
Yesus
meminta kita tinggal di dalam Dia dan menjadi ranting-rantingNya. Yesus
tidak meminta kita menjadi diri kita sendiri, menjadi pohon kita
sendiri, tetapi menjadi bagian dari diriNya, menjadi ranting-rantingNya.
Diluar kita tidak akan menghasilkan apa-apa. Menjadi ranting diluar
Yesus saja tidak akan menghasilkan buah, apalagi menjadi pohon yang
berdiri sendiri. Kita akan menjadi pohon yang tidak berbuah dan ditebang
sang empunya lahan, yaitu Allah sendiri. Allah yang adalah Sang Empunya
lahan menuntut buah, dan buah itu hanya bisa datang dari pohon Yesus
Kristus itu sendiri. Kita hanya bisa berbuah sesuai dengan buah yang
diinginkan Allah, yaitu buah-buah roh, kalau kita hidup didalam Yesus,
dan Yesus didalam kita. Tanpa itu, buah yang kita hasilkan adalah
buah-buah yang tidak disukai Allah. Seperti Apa Pohon dan Buah Anda?
Tuhan mengenal umat-Nya. Dia tahu mana yang sejati dan mana yang palsu.
Yang palsu pada suatu hari akan terbongkar kepalsuannya, sama seperti
semak duri yang tak berguna. Yang sejati, pada suatu hari akan nampak
kesejatiannya, sama seperti buah ara atau anggur yang berguna bagi
kehidupan. Karena itu, ukuran kesejatian seorang anak Tuhan terletak
pada kesetiaannya untuk terus menerus menghasilkan buah-buah
kebenaran.* AMIN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar