Menjelang 5 tahun Kabupaten Dogiyai setelah berdiri tahun 2008 lalu, pemerintah kabupaten Dogiyai masih dalam pencarian jiwa dan hati membangun manusia. Salah satu factor penting dalam pelaksanaan program pembangunan manusia adalah melalui pendidikan.
Pendidikan adalah actor utama untuk memanusiakan manusia, juga melalui proses Pendidikan dapat menciptakan manusia yang berkualitas dan punya skill profosional.
Apakah dapat menciptakan sumber daya manusia (SDM) dengan sistem pendidikan yang sedang berjalan di Dogiyai saat ini? Memanusiakan manusia tidak hanya melalui pendidikan formal. Namun berawal dari pendidikan keluarga, pendidikan linkungan masyarakat, pendidikan agama dan pemerintah turut mendorong untuk membentuk manusia yang berguna di masa kini dan masa mendatang di Dogiyai, pada umumnya di tanah Papua.
Pembangunan sumber daya manusia (SDM) kedepan sangat dibutuhkan perhatian dipelbagai aspek pembangunan di kabupaten Dogiyai, Maka itu mengutamakan “SDM” bukannya pemekaran wilayah tingkat Lurah, Distrik dan Kabupaten di Dogiyai dilaksanakan lancar dan aman.
Tetapi tanpa mendahulukan persiapan aspek sumber daya manusianya maka program-program kedepan tidak dapat terlaksana.
Pemerintah pusat mengalirkan dana miliaran ke daerah untuk menjalankan riil pemerintahan dan salah satunya untuk menyiapkan sumber daya manusia kedepan di Dogiyai namun implementasi keuangan daerah sangat mengkuatirkan.
Siklus pengelolaan dana sebagaimana yang terlihat di kabupaten Dogiyai yaitu menerima dananya di Dogiyai, menghitung uangnya di Nabire dan menggunakan uangnya di berbagai daerah di Indonesia yang luas ini.
Hal ini mencerminkan bahwa hanyalah wajah uang yang sebatas mengabsen di kabupaten Dogiyai lalu lenyap dari daerah tersebut dan beberapa waktu kemudian muncul di tempat asalnya yaitu di Jakarta.
Siapakah yang mengontrol dana tersebut? Apa fungsi BUPATI, DPR dan SKPD-SKPD yang mengjabat di Dogiyai? Ini menggambarkan bahwa pihak eksekutif, legislative dan kepala-kepala dinas belum menjalankan job pemerintahan dengan benar, adil dan kemanusian.
Menjadi problem mendasar adalah kepengtingan pribadi, kepentingan politik dan persaingan mencari popularitas diri oleh beberapa elit-elit pemerintah sangat nampak di Dogiyai.
Dampak yang terjadi adalah pengontrolan DPR lemah, system pendidikan dan pemerintah belum direhabilitasi dengan optimal, masyarakat dan pemerintah belum menyatukan persepsi, pihak eksekutif, legislative dan SKPD-SKPD belum menyalurkan program yang dapat meningkatkan sumber daya manusia (SDM) dan membuka lapangan kerja bagi masyarakat Dogiyai.
Akhirnya pembangunan manusia di Dogiyai terhambat dan indeks pembangunan manusia menunjukkan keadaan angka melek huruf mencapai 70 persen, penduduk di kabupaten Dogiyai belum dapat menulis dan membaca dengan baik dari total jumlah penduduk kabupaten Dogiyai yakni 86.387 jiwa.
Untuk itu, kami pelajar mahasiwa meminta kepada pemerintah daerah kabupaten Dogiyai, baik eksekutif, legislative, kepala-kepala dinas terkait dan semua lapisan toko masyarakat agar memberikan prioritas khusus pada pembangunan manusia di kabupaten Dogiyai sehingga motto Dogiyai Dou Enaa terwujud
Tidak ada komentar:
Posting Komentar