Biak (Sulpa) – Sub sektor perkebunan dan peternakan
sesungguhnya memiliki potensi yang sangat besar, sehingga menjadi
andalan kebijakan strategis dalam perkembangan perekonomian pembangunan
di Papua.Keterbukaan agrobisnis, Ketersediaan lahan, dan kultur
masyarakat Papua merupakan potensi besar yang memberikontribusi bagi
pembangunan perekonomian masyarakat Papua. Potensi ketersediaan lahan
untuk pengembangan komoditi pembangunan perkebunan dan peternakan seluas
5.541.101 Ha. Pemanfaatannya baru mencapai 167.286 Ha atau 3,63 persen.
Hal itu disampaikan Gubernur Papua Lukas Enembedalam sambutannya yang
dibacakan Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Papua W Jhon
Nahumury pada pembukaan rapat Evaluasi Pembangunan Perkebunan dan
Peternakanse-Provinsi Papua tahun 2013, di Hotel Aerotel Irian, Rabu
(06/11). Kegiatan ini berlangsung 3 hari dari 6-8 November 2013.
Lebih lanjut Gubernur menerangkan, masyarakat Papua sebagian besar
hidup di kampung yang menggantungkan kehidupannya dengan bertani dan
berkebun. Dengan demikian program pemberdayaan rakyat melalui sub sektor
perkebunan dan peternakan, harus mendapat prioritas dari pemerintah dan
dikelola secara lebih terarah serta terpadu, untuk mewujudkan
kesejahteraan masyarakat. “Dukungan dana yang setiap tahun semakin
memadai dari Pemerintah Pusat melalui APBN ataupun APBD, seharusnya
dapat dimanfaatkan seefisien dan seefektif mungkin. Sehingga terjadi
peningkatan produk dan mutu hasil perkebunan dan peternakan.Ini
akanmemiliki nilai tambah dan daya saing yang berdampak pada peningkatan
pendapatan dan kesejahteraan para petani,” ujar Gubernur.
Menurutnya, Kondisi ekonomi di Papua juga mempengaruhi gejolak
politik yang akhir-akhir ini terjadi. Ini dikarenakan sektor pertanian
dinilai belum optimal berperan bagi perekonomian di tanah Papua. Petani
pendapatannya masih dibawah taraf kesejahteraan. Bahkan diderah tertentu
ada kesenjangan kesejahteraan antara petani lokal dan petani
transmigran. Diaberharap para pihak yang berkaitan, peka dan melakukan
tindakan yang tepat, supaya ada keberpihakan kepada petani lokal dalam
rangka pemberdayaan. Kedepan, prioritas pembangunan di Papua adalah
meningkatkan kesejahteraan petani local/penduduk asli. “Petani bukan
lagi obyek tapi harus menjadi subyek, untuk membangun dirinya menjadi
sejahtera,” kata Gubernur.
Gubernur juga berjanji Raperdasus yang mengatur dengan tegas porsi
alokasi anggaran pemberdayaan ekonomi kerakyatan, akan segera disahkan
dalam waktu dekat. Subsektor perkebunan dan pertanian di era Otsus,
diharapkan mampu menjadi tulang punggung pembangunan ekonomi masyarakat
di kampung-kampung. Dengan berlakunya UU Otsus yang akan diperkuat
dengan UU Otsus Plus, membawa harapan baru terhadap pembangunan di Papua
guna tercapainya landasan ekonomi, sosial budayadan politik yang lebih
kuat, demi tercapainya Papua Bangkit,Mandiri, dan Sejahtera.
Pembangunan perkebunan dan peternakan sejauh ini sudah memberi dampak
positif dengan adanya ketersediaan lapangan kerja, perluasan lapangan
usaha dan peningkatan SDM petani dalam usaha taninya. Namun hal ini
belum memberikan nilai tambah yang berkeadilan, terutama bagi yang
bergerak di sektor hulu. Usaha perkebunan rakyat belum memenuhi skala
ekonomi. Luasnya Rata-rata kurang dari 1 Ha/KK. Masih terbentur pada
permodalan, akses pasar, akses informasi dan teknologi serta manajeman,
yang belum mampu menghasilkan produk primer.
Usaha peternakan pun masih berskala kecil, beberap
a saja yang
berskala besar. Kebutuhan pangan asal hewan masih banyak yang
didatangkan dari luar daerah. Untuk itu Pemerintah Provinsi dan
Pemerintah Kabupaten atau daerah sedapat mungkin memfasilitasi kemudahan
dibidang pembiayaan, pengurangan beban fiskal, kemudahan ekspor,
pengutamaan produk dalam negeri, pengaturan pemasukan dan pengeluaran
hasil perkebunan dan peternakan,mendorong terbentuk dan terlaksananya
sosialisasi perkebunan dan peternakan.
Gubernur menambahkan, diperlukan juga peningkatan teknologidibidang
perkebunan dan peternakan. Di bidang perkebunan, perlu adanya terobosan
genetic untuk menghasilkan bibit unggul, meningkatkan produksi dan mutu
hasil. Di bidang peternakan, menyediakan teknologi Inseminasi Buatan
(IB) untuk mengatasai kesulitan mendapatkan bibit unggul ternak,
terutama ternak babi di wilayah pegunungan, pesisir dan pulau-pulau di
Papua.Untuk meningkatkan efisiensidan nilai tambah, maka pembangunannya
menggunakan pendekatan system dan usaha agribisnis, dalam kawasan
pengembangan perkebunan dan peternakan berbasis komoditi unggulan
setempat.
Dengan demikian dapat menghasilkan produk yang banyak dalam satu
kawasan yang terkonsentrasi, dengan tetap memperhatikan kelayakan
teknis, sosial budaya dan kelestarian fungsi lingkungan hidup.
Diharapkan dengan rapat evaluasi ini, dapat mengevaluasi hasil kerja
secara kedinasan dan juga kinerja Pemerintah Provinsi dalam
penyelenggaraan pembangunan dan peternakan di Provinsi Papua.
Selasa, 12 Agustus 2014
Perkebunan dan Pertanian Tulang Punggung Ekonomi Masyarakat Papua
Labels:
EKONOMI
dalam hidup saya keingin hal apapun ada dalam jiwa semangat itu ada sehingga rasa diri bawa saya sudah orang yang luarbisa.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar